Musik memiliki pesona untuk menenangkan binatang buas, terutama jika musiknya oleh Insane Clown Posse dan binatang itu adalah Juggalo. Teman-teman, orang-orang Romawi, orang-orang sebangsa, pinjamkan telingamu, aku Jules di sini untuk DNews. Mengapa kita suka musik yang kita sukai? Saya tidak berbicara tentang genre; tidak ada penjelasan ilmiah mengapa orang suka yodelling, setidaknya tidak dalam episode ini. Tidak, maksud saya sesuatu yang lebih mendasar. Mengapa kita menyukai suara yang membentuk semua genre yang berbeda? Ada apa dengan kombinasi nada tertentu yang cocok dengan kita? Nah, selama ratusan tahun diperkirakan bahwa jawabannya adalah: fisika. Gelombang suara dari not-not musik yang interval-interval tertentu terpisah saling mengganggu, dan tergantung pada interval bentuk gelombang baru yang mereka buat akan memiliki pola yang berbeda.
Catat jarak ke-5 seperti C ke G, buat pola pengulangan yang bagus dan kita sebut konsonan ini.1 Tetapi lebih rendah G hanya setengah langkah ke F tajam dan tiba-tiba pola gelombang baru menjadi gila: menghindar, mencelupkan, mencelupkan, menyelam, menghindar dan menghindar seluruh tempat. Dan ini disebut disonansi. 2 Jika akor disonan menggunakan dua not yang berdekatan, seperti C dan C tajam, maka bentuk gelombang yang mereka hasilkan akan membingungkan di otak Anda. Frekuensi terlalu dekat untuk dibedakan oleh saraf pendengaran Anda, dan gangguan gelombang akan membuatnya terdengar seperti nada aneh yang dengan cepat semakin keras dan lembut, hal ini dikenal sebagai pemukulan.1 Fisikawan dan ahli fisiologi Jerman abad ke-19 Hermann von Helmholtz menunjuk pada efek pemukulan dan mengatakan bahwa itu adalah alasan kami menemukan akord disonan jelek dan tidak menggunakannya dalam musik kami. Idenya memiliki cincin yang bagus untuk itu, tetapi akhir-akhir ini telah diaktifkan. Pada 2012 Marion Cousineau dari University of Montreal dan Josh McDermott dari New York University bekerja sama untuk menguji apakah pemukulan adalah alasan mengapa orang tidak suka disonansi.
